Waspada Tomcat dan cara mengusirnya
Tragedi Kanjuruhan membuka mata, hati dan logika para penggemar sepak bola Indonesia.
Peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan yang tidak pernah diinginkan atau dibayangkan membuka langkah baru.
Sama seperti suporter Persis Solo di PSIM Yogyakarta yang menggemparkan di awal musim Liga 1 2022-2023.
Sekarang mereka berdamai.Sepeda motor yang dilengkapi plat AD akan nyaman dikendarai melintasi kota Yogyakarta.
"Terlepas dari tragedi Kanjuruhan, ini adalah perkembangan positif. Rivalitas panjang antara Solo dan Jogja, kami akan membangunnya kembali untuk hal-hal yang positif," kata Presiden Pasoepar Maryadi Gondrong.
Maryadi mengatakan, kompetisi seharusnya hanya 90 menit atau satu pertandingan.
"Kami berharap tidak ada korban. Kami akan menjelaskan bahwa para pendukung ini tidak identik dengan kekejaman, tetapi dengan kreativitas", katanya.Menyelidiki Secara Menyeluruh
Para pendukung perdamaian di seluruh Jawa juga telah mengangkat suara mereka untuk penyelidikan menyeluruh atas tragedi Kanjuruhan.
Seharusnya tidak ada begitu banyak korban dalam sepak bola. Juga tidak ada gesekan antar suporter di Stadion Kanjuruhan.
suporter klub di pulau jawa seperti Brajamusti dan The Maident (PSIM Yogyakarta, Pasoepari, Ultras dan GK Samber Nyawa (Persis Solo), Bonek (Persebaya), La Jakmania (Persija Jakarta), Bobotoh dan Viking (Persib Bandung) , BCS dan Slemania (PSS Sleman), Aremania (Arema), Panzer Biru dan Snex (PSIS Semarang) sepakat berdamai.
Stadion Mandala Krida Yogyakarta menjadi saksi bisu.
Tidak ada lagi persaingan atau prestise untuk membahas antara pengklaim, perdamaian adalah mutlak. Selasa malam (04/10/2022), WIB,ribuan suporter dari berbagai klub se-Jawa berkumpul di halaman parkir Stadion Mandala Krida.
Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Arema FC menjadi momen refleksi bagi para suporter di pulau Jawa yang mengubur dendam masa lalu, mengakhiri permusuhan dan membawa perdamaian.
"Kami para pendukung yang hadir malam ini, akan menghentikan kebencian di hati kami," kata Presiden Brajamus Muslich Burhanuddin.
"Anak-anak dan cucu-cucu kita tidak akan memiliki apa-apa selain sukacita. Jika Tuhan mengizinkan, kejadian masa lalu tidak akan terulang, terutama di DIY dan sekitarnya. Kita sepakat dan sepakat,” kata sapaan akrab Muslich Burhanuddin Thole.
"Menurutnya, mewariskan perdamaian kepada generasi penerus adalah hal yang baik untuk diperjuangkan saat ini. Jika kita bisa menikmati sepakbola dengan suka cita,” ujarnya.
Kompetisi hanya berlangsung 90 menit jika sepak bola Indonesia ingin bertahan lagi, perubahan harus terjadi. Di pihak pendukung, mereka tidak ingin ada korban dari gesekan.
Klub dengan sejarah persaingan yang panjang telah mengambil langkah menuju perdamaian.
Komentar
Posting Komentar